Meninggalnya Putri RD, Renungan Aremania & Suporter Indonesia



Wearemania.net - Pecat RD! Pecat RD! Pecat RD! teriakan Aremania yang menginginkan pelatih Arema Rahmad Darmawan untuk mundur setelah timnya dikalahkan Persela Lamongan dengan skor 0-2 di Stadion Kanjuruhan (30/12/2012) lalu begitu bergema.
Aremania begitu marah saat timnya kalah di event pramusim tersebut. Event yang menurut saya adalah event yang terlalu dipaksakan untuk digelar karena waktu kompetisi sangat mepet. Sebegitu takutnya Aremania pada kekalahan. Saya mulai mempertanyakan apa it arti loyalitas.
Braaaakkkkk! Pintu ruang konferensi pers stadion Kanjuruhan ditutup, sebelum ditutup oleh petugas saya sempat melihat wajah pelatih idola saya tersebut tampak tegar. Meskipun banyak yang menghujatnya, jelas hujatan tersebut terasa menggelegar di telinga Rahmad Darmawan, betapa suasana diluar begitu riuh, diluar yang berbatasan hanya dengan tembok dengan ruang konferensi pers.
Arema Kalah Melawan Persela
Saya sendiri jelas bukan orang yang berkepentingan untuk masuk keruang media, namun begitu pedih bagi saya untuk melihat raut wajah Rahmad Darmawan. Betapa saat itu Aremania, memberikan pengadilan kepada seseorang nahkoda yang belum memulai pelayarannya di kompetisi resmi (Indonesia Super League).
"Dan menyikapi ini, tentu saya tidak ingin menyalahkan semua. Saya tidak ingin menyalahkan pemain, karena saya sebagai pelatih tentunya punya tanggung jawab terhadap kondisi ini," begitu pernyataan Rahmad Darmawan yang saya baca ketika malam hari di media online.
Dari pernyataan Rahmad Darmawan saya melihat sang pelatih begitu tegar, ditengah tekanan berat masih terurai senyum dibibirnya. Entahlah apa yang membuatnya begitu bermental baja, apa karena dia seorang marinir?
***
Lima hari setelah itu, saya membaca dikoran akan ada pertemuan antara Aremania, pemain, pelatih dan manajemen di hotel Agrokusuma, Batu. Membaca koran tersebut di kios koran didaerah sumber sari, saya hanya berharap pertemuan tersebut hanya sekedar sharing dan tukar pikiran, bukan untuk mengadili sosok Rahmad Darmawan, itu harapan saya!.
Penasaran, saya menyempatkan diri untuk datang langsung. Meskipun dengan kondisi badan sakit dan perjalanan jauh saya tempuh kesana sendirian dengan menggunakan motor butut.Diluar dugaan Aremania yang hadir cukup banyak, disitu disediakan makanan, saya tidak tertarik menyentuhnya, saya hanya ingin melihat bagaimana alur diskusi berjalan.
Ternyata! Apa yang saya takutkan terbukti, Aremania dengan beringasnya mengadili pemain, pelatih dan manajemen yang saat itu duduk didepan, sedangkan Aremania mengelililingi. Usai pemain memberikan pernyataan dan keluar karena besok pagi ada latihan. Disitu tinggal jajaran pelatih dan manajemen.
***
"Saya berada disini bukan berarti tidak sanggup, karena saya sanggup maka saya berada disini," begitu pernyataan pertama yang keluar dari bibir Rahmad Darmawan yang diungkapkannya dengan sangat tegas. Saya sendiri cukup jelas mendengarkan pernyataan Rahmad Darmawan tersebut karena saya berdiri agak kedepan meski berhimpit.
Namun, disela-sela pernyataan bijak Rahmad Darmawan masih ada saja Aremania yang celometan. Terutama yang berada di belakang, yang berteriak "Alibi, alibi, alibi,"yang saya rasa yang mereka teriakkan itu sama sekali tidak mereka pahami.
"Saya lebih bingung, saya tidak sependapat kalau saya dibilang ngantuk, Pak Rahmad capek, Gethuk memikirkan Arema, saya tidak setuju kalau ini dipakai kalau sebagai ajang menghakimi, kita disini sama-sama mencari solusi,"tegas saat itu Iwan Budianto yang coba menanggapi pertanyaan salah satu Aremania.
Saya sendiri yang pusing menyaksikan dialog tersebut memilih untuk langsung pulang kerumah. Saya sudah menebak kalau diteruskan tidak akan berujung dan bisa sampai pagi. Persoalan sepakbola sejatinya memang diselesaikan di lapangan bola bukan di meja rapat.
***
Pembukaan ISL Arema b egitu perkasa, pertandingan pertama mereka menggulung Persidafon dengan skor 5-2, kemudian pertandingan home selanjutnya mereka mengalahkan Persiram dengan skor 3-0. Saya cukup bangga meskipun saat itu hanya bisa menyaksikan pertandingan melalui layar kaca.
Hasil sebaliknya didapat saat Arema main di tandang. Singo Edan harus mengakui keunggulan tim tuan rumah Barito Putra dan Persiba Balikpapan dengan skor sama-sama tipis 1-0. Saya menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar dengan tim yang bisa dibilang adalah penggabungan dua tim dengan karakter pemain yang berbeda sehingga mental tandang belum teruji, mungkin pertandingan selanjutnya.

Ternyata lagi-lagi pemikiran saya tidak sama dengan Aremania yang lain. Saya baca dikoran ada yang lakukan pelemparan, bahkan ada yang menggunakan batu. Mendengar itu sayapun miris. Belum lagi di jembatan penyeberangan depan masjid sabililillah ada tulisan yang menghujat Rahmad Darmawan yang mengatakan tak layak di Arema.
Saya berharap sang nahkoda tetap membawa kapalnya hingga sampai tujuan bukan melambaikan tangan dan mengucapkan selamat jalan. Harapan saya terwujud, dengan mental baja Rahmad Darmawan tetap melatih Arema ditengah hujatan. Bahkan ketika Aremania mendatanginya ke Stadion saat latihan dia menunjukkan rasa tidak gentar.
***
Cercaan bukan hanya ada di dunia nyata, didunia maya lebih kejam lagi. Lebih-lebih pada jejaring sosial twitter. Saya melihat berseliweran twit-twit yang menghujat agar @rdcoach66 , akun milik Rahmad Darmawan, agar mundur dari Arema. Jelas ketika twit tersebut ditujukan langsung pada yang punya akun, bukan lagi ratusan orang yang menghujat tapi bisa jadi sudah ribuan.
Dibalik rasa tegar sosok Rahmad Darmawan saya berpikir, ada sosok yang lebih gelisah untuk memikirkan Rahmad Darmawan. Sosok tersebut adalah Dinda Eti Yuliawati, yang tak lain adalah istrinya yang saat ramainya hujatan tersebut tengah hamil 4 bulan. Usia kehamilan yang seperti itu jelas merupakan suatu yang rawan, apabila si ibu sampai stress. Lebih-lebih bila sang istri tersebut memikirkan suami, saya juga melihat bahwa Nyonya Rahmad Darmawan ini juga mempunyai akun twitter, jelas gelisah bila melihat hujatan berkepanjangan tersebut.
Dua pertandingan home dilalui Arema dengan mulus, yakni setelah melibas Mitra Kukar dan Persisam dengan skor sama-sama 3-1. Hal tersebut membuat Aremania berpesta kegirangan. Namun beban melepaskan predikat jago kandang masih dipikul Arema. Ujian bagi Rahmad Darmawan masih terus berlanjut, saat pertandingan tandang Arema kembali kalah 1-0. Namun hasil luar biasa didapat Arema saat bertanding di ibukota mengalahkan Persija dengan skor cukup meyakinkan yakni 1-2. Aremania yang datang dengan jumlah besar pun berpesta di Gelora Bung Karno. Saya yang menyaksikan langsung didepan televisi bersama para tetanggapun ikut bersorak!.
Setelah menang lawan Persija, Arema kembali ke Malang. Tiba saat Arema latihan di luar stadion Gajayana saya tidak melihat Rahmad Darmawan. Saya yang berada di luar pagar sama sekali tidak melihat sosoknya yang tegas dalam memimpin latihan. Esoknya saya baca dikoran Rahmad Darmawan pulang ke Tangerang karena menunggui istrinya yang sedang sakit, pikiran saya bermacam-macam!.

Rasanya baru kemarin Aremania berpesta, bergemuruh, menyalakan flare yang memerahkan Kanjuruhan menyambut kemenangan atas tim besar Sriwijaya FC dengan skor telak 4-1, kita semua dikejutkan oleh berita duka, meninggalnya putri ketiga Rahmad Darmawan yang masih dalam kandungan. Ya, sungguh mengejutkan, suasana duka ditengah pesta kemenangan yang masih tersisa, Rahmad Darmawan harus kehilangan buah hati tercinta yang berarti hilangnya satu harapan.
Lagi-lagi saya tergiang artikel yang saya baca tentang stress yang membahayakan kesehatan janin. Arema sendiri memang klub yang memiliki fanatisme luar biasa. Hanya yang bermental baja yang bisa mengatasi tekanan disini akan bertahan tapi haruskah tekanan besar tersebut dibayar dengan rasa duka? Entahlah.
Sejak saat itu saya menjadi tidak setuju terkait tekanan suporter yang berlebihan. Ada kalanya mereka menganggap itu sebagai pembenaran, agar timnya bisa lebih baik lagi. Tapi saya rasa tidak, itu tidak ada pengaruhnya sama sekali. Saat tim terpuruk tidak ada yang lebih baik selain mendukung dan mendukung, bukan menjatuhkan atau menghakimi.
Terlalu luas mendefinisikan salam satu jiwa, yang pasti Arema dan Aremania itu satu, ada kesedihan bersama saat kalah, merasakan rasa yang sama saat menang. Ketika mereka tidak mendukung dengan cara positif, mereka sudah keluar dari kesatuan

Sumber : http://www.wearemania.net/aremania/aremania-voice/3088-meninggalnya-putri-rd-renungan-aremania-suporter-indonesia

No comments:

Post a Comment